Catatan Bagi Para Pendatang Baru Di Madiun, Ini Adalah Culture Shock yang Akan Kamu Rasakan
Suasana santai lalu lintas di jantung Kota Madiun
Keberadaan pendatang baru di Madiun nampaknya mulai mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang baik dan hadirnya kampus - kampus ternama di sekitar Madiun. Namun seperti daerah lain, tiap pendatang baru pasti akan mengalami culture shock di tempat perantauannya, tak terkecuali di Madiun.
Berikut daftar culture shock yang mungkin akan dirasakan para pendatang saat merantau ke Madiun :
1. Penjual nasi pecel ada di mana-mana
Madiun itu surganya nasi pecel, dimana – mana ada nasi pecel, dan masyarakat Madiun juga bisa seharian penuh hanya makan nasi pecel. Namun ada yang unik, nasi pecel yang dimakan pagi hari cenderung berbeda dengan yang dimakan malam hari. Jika pagi hari lauknya cenderung gorengan, tapi di malam hari masyarakat Madiun terbiasa makan nasi pecel dengan lauk empal, hati, daging, dll.
2. Jarang ada cilok, tapi kalau pentol kuah sangat banyak
Jika kalian ingin makan cilok seperti yang ada di Malang, kalian akan kesusahan mencarinya. Adapun cilok yang ada di Madiun rata-rata adalah Cilok Tasikmalaya. Tapi di Madiun kalian akan menemukan banyak sekali penjual pentol kuah, baik di tempat wisata, di sudut jalan, maupun di depan sekolah. Pentol kuah itu sendiri sebenarnya identik dengan bakso kerikil, hanya saja tidak ada bihunnya.
3. Banyak street food yang menyediakan varian saos “sambal kacang”
Hal sederhana yang mungkin membuat kalian heran adalah sambal kacang, masyarakat Madiun tak hanya menggunakan sambal kacang untuk makan nasi pecel, tapi juga untuk berbagai olahan ataupun camilan lainnya. Jadi, jangan heran jika kalian jajan street food dan menemukan sambal kacang.
4. Lampu lalu lintas sangat banyak dan berdekatan (daerah kota)
Kota Madiun salah satu kota yang ukurannya relatif kecil, hanya terdiri dari 3 kecamatan yang tiap ujungnya dapat kalian datangi hanya dalam jarak tempuh 10-15 menit dengan kendaraan bermotor. Walaupun kotanya kecil, tapi persimpangan jalannya sangat banyak dan berdekatan sekali, sehingga kalian akan sering berhenti karena lampu lalu lintas.
5. Jarang menggunakan klakson
Pengendara di Madiun itu cenderung slow dan santun, mereka jarang sekali menyalakan klakson. Bahkan di lampu lalu lintas, Ketika lampu sudah hijau, pengendara di belakang sangat sabar menunggu dan tidak menyalakan klakson sama sekali.
6. Nada bicaranya standar, tidak pelan dan tidak cepat
Tempo bicara masyarakat Madiun tegolong standar jika dibandingkan dengan Solo dan Surabaya. Sehingga ini akan membuat kamu dapat dengan mudah mengidentifikasi kondisi emosional masyarakat Madiun. Karena saat masyarakat Madiun sedang marah, tempo bicaranya akan sangat terlihat berbeda.
Join the conversation